Site icon BAJO.id

Cerita Dibalik Teripang, Ada Nelayan yang Berjuang

Artikel ini adalah bagian dari program #PelangiDiLautan : Kesejahteraan untuk senyum di laut

Program ini merupakan kolaborasi antara beberapa perusahaan berbasis blockchain untuk memperkenalkan dan mengeksplorasi teripang secara lebih luas, meningkatkan standar hidup dan kesejahteraan nelayan, serta berkomitmen untuk mewujudkan ekosistem ekonomi yang lebih baik.

Tulisan-tulisan dalam artikel #PelangiDiLautan terinspirasi oleh pengalaman yang dilakukan di daerah Saumlaki, Maluku Tenggara Barat. Namun, beberapa karakter, karakter, acara, lokasi, dan dialog adalah fiksi dan disusun secara dramatis agar lebih menarik. Jika ada kesamaan dalam nama karakter, tempat kejadian atau cerita, itu hanya kebetulan dan tidak ada unsur niat

Teripang sebagai salah satu hewan invertebrata yang sering disebut juga dengan timun laut, Mungkin sudah tidak asing lagi untuk didengar namanya. Bagaimana tidak, hewan ini menjadikan Indonesia menerima predikat penghasil teripang terbesar di dunia. Ada sebanyak 650 jenis spesies dari teripang, dan sebanyak 10% terdapat di laut Indonesia. Kementerian Kelautan dan Perikanan juga mencatat sepanjang 2012 hingga 2015 tren ekspor teripang meningkat dari 900 hingga 1.200 ton. Penangkapan teripang di berbagai daerah kepulauan Indonesia sudah dilakukan sejak pertengahan 1600-an dan awal 1700-an hingga kini.

Teripang merupakan salah satu komoditas ekspor dari hasil laut yang cukup besar di Indonesia dengan nilai ekonomis yang tinggi. Perkembangan ekspor teripang meningkat setiap tahunnya. Biasanya, teripang yang diekspor dalam bentuk olahan kering dengan tujuan pengiriman ekspor ke Hongkong, Singapura, Taiwan dan Jepang. Pengolahan yang dilakukan dengan cara tradisional dengan cara dan peralatan yang sederhana. Setelah ditangkap, teripang akan diolah untuk dikeringkan dengan metode pemanasan menggunakan sinar matahari. Hal ini menjadikan pengolahan teripang sangat tergantung dengan cuaca. Sehingga, hasilnya menjadikan teripang memiliki kualitas yang kurang baik. Akibatnya harga jual teripang menjadi sangat rendah.

Mendekati ujian tengah semester, sebagai mahasiswi jurusan statistika Nadin dan teman-temannya mendapatkan tugas untuk bisa mewawancarai berbagai macam profesi yang ada di Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mengumpulkan data tentang kesejahteraan masyarakat dilihat dari profesinya. Kebetulan, Nadin satu kelompok dengan Dara, Gilang dan Adit. Kebetulan, Adit berasal dari Ambon di daerah pesisir yang disebut Saumlaki yang berada di daerah Maluku Tenggara Barat. Tanah yang subur, serta kekayaan laut yang melimpah menjadikan Saumlaki banyak dikunjungi wisatawan mancanegara. Pak Usman adalah paman Adit yang bekerja sebagai nelayan disana. Letaknya di daerah pesisir pantai menjadikan penduduknya mayoritas bekerja sebagai nelayan. Nadin dan teman-teman memilih pak Usman sebagai narasumbernya. 

“Apa hasil tangkapan laut yang paling banyak diambil disini pak?” Tanya Dara kepada Pak Usman

“Ada banyak ikan tetapi para nelayan disini juga banyak yang memburu teripang” Jawab pak Usman sambil merapikan jalan-jalanya

Kekayaan laut yang cukup melimpah disini menarik perhatian banyak pelaut dari luar Saumlaki untuk mengambil kekayaan laut dan dijual diluar Maluku Tenggara. Hal ini yang mengakibatkan para nelayan disini tidak sejahtera, ucap pak Usman. 

Padahal menangkap teripang di laut tidak semudah yang dibayangkan. Para nelayan harus berangkat pada malam hari dengan menggunakan kapalnya untuk mencari teripang. Penangkapan teripang dilakukan di malam hari karena air laut yang surut sehingga memudahkan ketika menangkap teripang. Belum lagi ketika cuaca yang tidak mendukung atau arus di laut yang berbahaya bisa membuat para nelayan pulang dengan hasil yang sedikit bahkan dengan tangan kosong. Tidak hanya itu, beberapa nelayan juga mengambil teripang dengan cara menyelam. Para nelayan ini menggantungkan nyawa hanya di ujung selang yang tersambung kompresor mesin pompa angin. Menyelam di malam hari hingga puluhan meter dengan perlengkapan seadanya demi mendapatkan teripang. 

“Belum lagi resiko yang harus ditanggung oleh nelayan jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan” ujar Adit menambahkan cerita pak Usman.

Nadin, Dara dan Gilang sangat prihatin mendengar cerita tersebut. Ternyata sajian teripang nikmat saat mereka merayakan ulang tahun Nadin bersama Sarah beberapa hari yang lalu memiliki perjuangan yang sangat besar untuk mendapatkannya. Belum lagi teknologi yang kurang memadai bagi para nelayan disini menjadikan pengambilan dan pengolahan teripang tidak maksimal. Ledgernow dalam mendukung kesejahteraan nelayan teripang mebantu dalam penyediaan teknologi untuk membantu nelayan dalam mengolah teripang secara lebih mudah dan higienis, teripang yang diolah secara benar akan memberikan nilai jual yang tinggi dikarenakan kualitasnya yang tertap terjaga, Ledgernow yang membantu menjaga kualitas teripang tetap terjaga agar dapat dikonsumsi secara segar dengan kandungan-kandungan khasiatnya yang masih terjaga. Info selengkapnya dapat dilihat di https://ledgernow.com/ 

Teripang yang bermutu tinggi akan mendapatkan banyak minat masyarakat. Hewan laut yang dikenal dengan khasiatnya ini akan sangat baik bila dikelola dengan baik pula. Selain dalam pengelolaan teripang, nelayan juga harus pintar dalam mengelola keuangan mereka, tanpa perlunya konsultas keuangan  cukup menggunakan aplikasi berbasis blockchain yang dapat mengatur keuangan dan menjaga keamanan data transaksi secara aman. YONK sebagai salah satu aplikasi blockchain yang membantu nelayan Indonesia untuk menjaga keamanan transaksi keuangan penjualan teripang yang akan secara otomatis tersimpan dan dapat dilacak.  Informasi selengkapnya https://yonk.io/

#PelangiDiLautan : Kesejahteraan Untuk Senyum Di Laut

Program ini merupakan kerjasama dari beberapa perusahaan berbasis blockchain di Indonesia untuk memperkenalkan dan mengeksplorasi teripang secara lebih luas, meningkatkan standar hidup dan kesejahteraan nelayan, serta berkomitmen untuk mewujudkan ekosistem ekonomi yang lebih baik.

Beberapa perusahaan yang terlibat adalah:

Temindo (Teknologi Mandiri Indonesia, PT)

TEMINDO adalah perusahaan yang memberikan solusi otomasi bisnis untuk integrasi dan kolaborasi perusahaan-perusahaan dengan teknologi blockchain.
Website: https://www.temindo.com

PureHeart

PureHeart adalah inisiatif yang berbasis kegiatan sosial yang berkomitmen kepada tujuan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development goals) dengan teknologi blockchain secara menyeluruh (end-to-end) sehingga taraf hidup masyarakat Indoensia semakin meningkat.
Website: https://pureheart.ledgernow.com

SSC (Sustainable Supply Chain)

SSC (Sustainable Supply Chain) adalah solusi blockchain untuk kolaborasi cepat dan aman bagi perusahaan-perusahaan dalam rantai pasok (supply chain) yang bertujuan untuk mengurangi biaya operasional, meningkatkan pelayanan konsumen dan mempercepat pengiriman barang dan jasa ke konsumen.
Website: https://www.ssc.co.id

YONK

YONK adalah sebuah aplikasi pengelolaan keuangan untuk pemilik UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) sehingga mereka mendapakan laporan keuangan yang real time dengan fitur predicition analysis untuk membantu meningkatkan kredibilitas UMKM kepada perusahaan pembiayaan (Financing Companies) menggunakan teknologi blockchain.
Website: https://www.yonk.io

AELL

AELL adalah solusi untuk membantu pengelolaan data rekam medis secara digital dan terintegrasi antar rumah sakit dan klinik sehingga mempercepat proses pelayanan pasien, mempermudah rujukan dan melindungi data pasien dengan teknologi blockchain.
Website: https://www.aell.co

Global Usaha Semesta

Global Usaha Semesta adalah solusi dalam industri perikanan yang terkait dengan perdagangan, transportasi, pertanian dan jasa produksi perikanan. Berfungsi sebagai inti yang mendukung kebutuhan operasional mitra nelayan / plasma dalam bentuk dukungan untuk platform peralatan perikanan, industri dan pembiayaan dengan teknologi blockchain. Situs web https://globalusaha.com/

Visit Site

Exit mobile version